Partai yang merupakan sempalan Partai Golkar yaitu Nasdem, yang kemudian
diplesetkan Nasdem alias Nasi Adem (Nasi Basi), nampaknya mengalami
nasib yang bakal getir. Belum lagi pemilu digelar sudah mengarah kepada
kebangkrutan.
Lahirnya Nasdem hanyalah akibat dari kegagalan Surya Palon merengkuh
kepemimpinan Golkar, ketika berlangsung Munas di Pekanbaru, beberapa
waktu lalu. Di mana Surya Paloh gagal mengalahkan Aburizal Bakrie. Surya
bersama sejumlah tokoh Golkar mendirikan partai yang baru, dan diberi
nama : Nasional Demokrat alias Nasdem.
Mula-mula Surya Paloh yang sudah menjadi pecundang itu, mengatakan
tak akan maju menjadi pemimpin Partai Nasdem. Tetapi, kemudian sekarang
ambisi Surya Paloh itu, mencuat dan ingin menjadikan Nasdem sebagai
kendaraan politik, dan ikut berlaga di tahun 2014.
Dengan modal media yang dimilikinya, ia yakin Nasdem bakal kebanjiran
pendukung. Apalagi, partai-partai politik yang ada sudah mengalami
pembusukan yang akut. Surya Paloh berpikir inilah momentumnya maju dan
akan mendapatkan dukungan rakyat.
Bersamaan dengan tergalangnya tokoh-tokoh kawakan Golkar, seperti
Fery Mursyidan Baldan dan Syamsul Maarif (almh), Nasdem akan bangkit dan
dapt mengalahkan Golkar dan menjadi alternatif.
Bersamaan dengan itu, masuk Hary Tanoe, tokoh muda, pengusaha
keturunan Cina, yang sudah malang melintang, dan bahkan mentake over
usaha keluarga Cendana, dan ingin pula memiliki kenderaan politik. Tanoe
sudah ingin menjadi pemimpin nasional, dan mewakili puak keturunan Cina
maju ke gelanggang politik di era demokrasi ini.
Maka terjadilah kolaborasi antara si "brewok" Surya Paloh yang
memiliki media Metro TV dan Koran Media Indonesia dengan Hary Tanoe,
yang menjadi raja media, seperti RCTI dan MNC, serta kekuatan bisnisnya
ingin merengkuh kekuasaan. Tetapi, partai sempalan Golkar itu, diujung
sudah mulai cakar-cakaran dan busuk dari dalam akibat ambisi
masing-masing pengurus atau elitnya.
Nampaknya Nasdem yang ingin menjadi kenderaan politik mantan para
elite Golkar itu, tersandung perpecahan di dalam. Mula-mula Sultan
Hamengku Buwono mengundurkan diri, dan sekarang di susul oleh Hary
Tanoe, dan juga berbagai wilayah, ketuanya mengundurkan diri, seperti
Rustam dari DPW Jawa Barat.
Nasdem akan jauh lebih sekuler dan sangat liberal, dan pasti akan
sangat anti Islam. Dua tokohnya Surya Paloh dan Tanoe, yang keduanya
berlatar belakang tokoh, yang sangat tidak memiliki kepedulian terhadap
Islam, dan pasti akan lebih menghancurkan lagi, dibandingkan dengan
partai-partai yang ada. Nasdem hanya akan dijadikan kendaraan politik
bagi Surya dan Tanoe.
Untungnya keduanya pecah kongsi. Tetapi, sekarang partai politik itu,
ibarat seperti rental mobil, yang bisa disewa oleh siapa saja, dan
tentu dengan membayar, serta tak perlu capek-capek mendirikan partai
politik baru. Cukup nempel di partai yang sudah ada dengan sejumlah "doku" (uang).
Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Saleh Daulay mengatakan,
partai dengan struktur menengah lebih pas buat Hary Tanoe. Sebab, untuk
partai besar, Hary Tanoe akan susah untuk meminta posisi yang tinggi.
Orang seperti Tanoe itu, sekarang ini hanya mencari dukungan politik, dan menjadikan kekuasaan sebagai arena bermain lebih luas, terutama dalam rangka melakukan penguasaan terhadap asset negara, dan masuk dalam jalur kekuasaan guna mengamankan bisnisnya. Tak ada yang lain. Bukan akan memperjuangkan nasib rakyat. Semua hanya lah bohong belaka.
Orang seperti Tanoe itu, sekarang ini hanya mencari dukungan politik, dan menjadikan kekuasaan sebagai arena bermain lebih luas, terutama dalam rangka melakukan penguasaan terhadap asset negara, dan masuk dalam jalur kekuasaan guna mengamankan bisnisnya. Tak ada yang lain. Bukan akan memperjuangkan nasib rakyat. Semua hanya lah bohong belaka.
Tentu, hengkangnya Tanoe tak sulit mendapatkan kendaraan baru. Banyak
partai "rental" yang siap menampung Hary Tanoe. Apalagi dengan masuknya
Tanoe, tentu akan mendapatkan tambahan "gizi" alias "fulus" yang akan digunakan memutar roda partai.
"Sejauh yang saya amati, banyak partai yang menyatakan sudah
bersedia menerima HT. Katakanlah, misalnya, partai Golkar, PAN, Hanura,
Demokrat, dan saya kira juga partai lain. Sekarang tinggal HT yang
akan memutuskan sesuai dengan pertimbangan di atas," kata Saleh. af ( VOA-ISLAM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar